Kamis, 26 Maret 2009

Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja

Seorang wanita tua bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.

Hampir-hampir mustahil ada orang yang bias berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun.” Tapi bukankah is bias menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bias beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tidak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam bekerja: menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.

_dari sebuah sumber_
Flamboyan, 22 Maret 2009_11.45 pm_

Dipersembahkan kepada seorang ibu yang hidup dalam kesederhanaan. Yang memberikan pelajaran hidup untuk selalu memberi bukan menerima. Yang selalu memberiku sekantong gorengan yang penuh cinta. Suatu saat, saya berharap dapat melukis kisahmu dan aku berada di dalamnya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

itulah IBU,
bukan sekedar WANITA
not just FEMALE
but MOTHER.......................................................
Menurutku jangan dilihat dari prespektip EKONOMI.

ketika lelaki itu menjadi matang, maka yang diharap/inginkan adalah seorang IBU dari anak2nya.
salam hangat